Karakteristik Peserta Didik
Nama : Heni Kurniati
NIM : 11901073
Kelas : PAI 4A
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
Pengertian Karakteristik Peserta Didik
Apa itu karakteristik peserta didik? Karakteristik berasal dari kata
karakter yang berarti ciri, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh
seseorang yang sifatnya relatif tetap. Karakteristik peserta didik dapat
diartikan keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik
sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya
dalam mencapai cita-cita atau tujuannya. Informasi terkait karakteristik
peserta didik sangat diperlukan untuk kepentingan-kepentingan dalam perancangan
pembelajaran.
Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri Budiningsih
(2017: 11) karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel dalam desain
pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang
dimiliki oleh peserta didik termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka
seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran dan ciri-ciri jasmani
serta emosional siswa yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman atas
karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap
peserta didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa
peserta didik dan sebagai informasi penting yang nantinya dijadikan pijakan
dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai keberhasilan
kegiatan pembelajaran.
Karakteristik
peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat, perkembangan
kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan emosi,
perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan
motorik.
1. Etnik
Pendidik
dalam melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan jenis etnik apa saja
yang terdapat dalam kelasnya. Dalam sekolah dan kelas tertentu terdapat multi
etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang terdiri dari peserta didik
etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali, maupun etnik lainnya.
Data
tentang keberagaman etnis di kelasnya menjadi informasi yang sangat berharga
bagi pendidik dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Seorang pendidik yang
menghadapi peserta didik hanya satu etnik di kelasnya, tentunya tidak sesulit
yang multi etnik.
Proses
pembelajaran dengan peserta didik yang multi etnik maka dalam melakukan
interaksi dengan peserta didik di kelas tersebut perlu menggunakan bahasa yang
dapat dimengerti oleh semua peserta didiknya. Kemudian ketika guru memberikan
contoh-contoh untuk memperjelas materi yang sedang dibahasnya hendaknya contoh
yang dapat dimengerti dan dipahami oleh semuanya.
2. Kultural
Peserta
didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya tertentu dan sudah
barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya yang ada di masyarakat
kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan, norma, kebiasaan, dan
adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin berasal dari berbagai
daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda sehingga kelas yang kita
hadapi kelas yang multikultural.
Pendidikan
multikultural memiliki ciri-ciri:
1)
Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan manusia berbudaya
(berperadaban).
2)
Materinya mangajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan
nilai-nilai kelompok etnis (kultural).
3)
metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan keberagaman
budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalisme).
4).
Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang
meliputi aspek persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.
3. Status sosial
Peserta
didik pada suatu kelas biasanya berasal dari status sosial-ekonomi yang berbeda-beda.
Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi dan sosialnya menyatu untuk
saling berinteraksi dan saling melakukan proses pembelajaran. Perbedaan ini
hendaknya tidak menjadi penghambat dalam melakukan proses pembelajaran. Namun
tidak dapat dipungkiri kadang dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi
penghambat peserta didik dalam belajar secara kelompok. Implikasi dengan adanya
variasi status-sosial ekonomi ini pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil
dan tidak diskriminatif.
4. Minat
Minat
merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan
kegiatan yang dipilihnya. Sebenarnya minat belajar peserta didik memegang peran
yang sangat penting, sehingga perlu untuk terus ditumbuh kembangkan sesuai
dengan minat yang dimiliki seorang peserta didik.
5. Perkembangan kognitif
Tingkat
perkembangan kognitif yang dimiliki peserta didik akan mempengaruhi guru dalam
memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis
evaluasi.
6. Kemampuan awal
Merupakan
keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh
peserta didik sebelum mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru.
Pengetahuan
dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya adalah
pengetahuan atau keterampilan yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Kemampuan
awal peserta didik bersifat individual, artinya berbeda antara peserta didik
satu dengan lainnya, sehingga untuk mengetahuinya juga harus bersifat
individual.
Cara
untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui teknik
tes yaitu pre tes atau tes awal dan teknik non tes seperti wawancara.
7. Gaya belajar
Merupakan
cara yang cenderung dipilih/digunakan oleh peserta didik dalam menerima,
mengatur, dan memproses informasi atau pesan dari komunikator/pemberi
informasi. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu visual (visual
learners), auditif (auditory learners), dan kinestetik (kinesthetic
learners).
Dengan diketahuinya gaya belajar yang dimiliki
pesertadidik, maka akan berimplikasi terhadap model pembelajaran, strategi,
metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
8. Motivasi
Merupakan
suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang
memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Motivasi
kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik dan
kadang motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi
ekstrinsik).
Seseorang
memiliki motivasi tinggi atau tidak dalam belajarnya dapat terlihat dari tiga
hal:
1)
kualitas keterlibatannya,
2)
perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik,
3)
upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara/menjaga motivasi yang dimiliki.
9. Perkembangan emosi
Emosi
sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-perubahan dalam
tubuh, misalnya otot menegang, dan jantung berdebar. Dengan emosi peserta didik
dapat merasakan senang/gembira, aman, semangat, bahkan sebaliknya peserta didik
merasakan sedih, takut, dan sejenisnya. Suasana emosi yang positif atau
menyenangkan atau tidak menyenangkan membawa pengaruh pada cara kerja struktur
otak manusia dan akan berpengaruh pula pada proses dan hasil belajar. Oleh
karena itu pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu membawa suasana
emosi yang senang/gembira dan tidak memberi rasa takut pada peserta didik.
10. Perkembangan sosial
Adalah
kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana anak tersebut
memahami keadaan lingkungan dan mempengaruhinya dalam berperilaku baik kepada
dirinya sendiri maupun kepada orang lain.
Perkembangan
sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam
berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di lingkungannya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu keluarga,
kematangan, teman sebaya, sekolah, dan status sosial ekonomi.
11. Perkembangan moral dan
spiritual
Moralitas
dalam diri peserta didik dapat tingkat yang paling rendah menuju ke tingkatan
yang lebih tinggi seiring dengan kedewasaannya.
Menurut Kohlberg perkembangan
moral anak/peserta didik dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
1)
preconventional (6 – 10 th)
Meliputi
aspek obedience and punisment orientatation, orientasi anak/peserta
didik masih pada konsekvensi fisik dari perbuatan benar-salahnya yaitu hukuman
dan kepatuhan atau anak menilai baik – buruk berdasarkan akibat perbuatan;
dan
aspek naively egoistic orientation; orientasi anak/peserta didik
pada instrumen relatif.
2)
Conventional (10 – 17 th)
Meliputi
aspek good boy orientation, orientasi perbuatan yang baik adalah
yang menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang lain.
3)
postconventional (17 – 28 th)
Tahap
pasca konvensional ini meliputi contractual legalistic orientation,
orientasi orang pada legalitas kontrak sosial.
12. Perkembangan motorik.
Menurut Hurlock Perkembangan
motorik adalah perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf,
urat syaraf, dan otot yang terkordinasi.
Perkembangan
motorik merupakan proses yang sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap
dan berkesinambungan, dimana gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana,
tidak terorganisir, dan tidak terampil, kearah penguasaan keterampilan motorik
yang kompleks dan terorganisir dengan baik.
Perkembangan
motorik dikelompokkkan menjadi motorik kasar dan motorik halus.
Motorik
kasar; gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
Sedangkan
Motorik halus: gerakan yang menggunakan
otot halus, atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh
kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Komentar
Posting Komentar